Membaca bukan berarti tlah memahami apa yang telah dibaca, berkata bukan berarti mengetahui makna setiap ucapannya, dan menjalani hidup dunia tidaklah semudah dan seindah yang kita bayangkan. ini merupakan gambaran sepintas dari sebuah ungkapan kegelisahan atas realitas kehidupan. Hidup memang penuh dengan fenomena atau bahkan sebuah misteri yang tak akan pernah terpecahkan, dimana setiap orang kapan saja, dan dimana saja dapat terjebak oleh kemilau gemerlap dunia, yang katanya penuh dengan tipu muslihat, kejam dan penuh dengan ketidakadilan !!!
Berfikir atas ketidakadilan dunia, hanyalah seperti berjalan ditempat. Diskusi, saling bertukar fikiran hanyalah sebuah retorika tanpa ada sedikitpun yang bisa dilakukan untuk membuat keadilan didunia ini menjadi kenyataan. Terkadang kita slalu mengumpat atas apa yang kita alami, atas tindakan ketidakadilan yang kita lihat atau kita rasakan secara nyata. Mengumpat, menyesali apa yang telah terjadi adalah hal yang paling sia-sia (ga semua yang gw omongin ini benar). Kegagalan bukan berarti kehancuran, dengan kegagalan kita dapat memetik suatu pelajaran, suatu hikmah dari semua itu, Untuk kembali menatap masa depan, tanpa harus jatuh pada lubang yang sama.
“kegagalan adalah celaka kecil, tetapi penyesalan adalah celaka besar”. Kegagalan adalah pengalaman berharga untuk meraih sukses, janganlah berputus asa bila menemui kegagalan. Justru dengan kegagalan itu kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik. Cobalh terus dan jangan berhenti di tengah jalan serta lihatlah bahwa kesuksesan tengah menanti anda. Sebaliknya penyesalan itu tiada artinya tanpa kita mau memperbaikinya. (Abdul Barr, 2004)
Tertarik dengan sebuah dialog film Batman Begain “ jangan takut jatuh, karena dengan jatuh kita akan belajar untuk berdiri kembali”. Inilah kalimat yang diajarkan seorang ayah kepada anaknya yang mengalami sebuah trauma atas kejadian yang menimpanya. Penggalan kalimat tersebut mempunyai arti yang sangat dalam, dimanapun halangan atau rintangan yang kita hadapi, tetaplah maju dengan langkah tenang dan pasti, niscaya kita akan menemukan jalan keluar dari masalah tersebut. Walaupun kita harus merasakan terlebih dahulu pahit manisnya sebuah masalah.
Kembali kumencoba menyelami dan memahami makna disetiap kalimat, kadang tertawa namun terkadang bingung dibuatnya, dengan beberapa penggal kalimat, sehingga harus mengulangi dan memahaminya berulang kali. Aku hanya seorang manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan dan ketidakmampuan, aku akan selalu mencoba dan terus mencoba menemukan jawaban atas semua masalah yang mungkin dapat kumengerti. Namun semua ini tidaklah mutlak, dunia ini dinamis, kapan dan dimana saja dapat berubah dengan cepat. Kadang kau tak dapat memprediksikan kapan perubahan itu akan terjadi.
Lalu siapakah yang mengubah dan menggerakkan kehidupan itu? “Dunia adalah panggung sandiwara”. Hidup didunia ini memang merupakan panggung sandiwara, dan giliranku bertanya, siapakah yang menjadi penonton dalam pertujukkan dunia ini?? Dan apa peranku??? Sudah berulang kali kupahami makna pertanyaan ini, tapi sepertinya tak kutemukan sebuah jawaban yang pasti, saat kuposisikan diriku sebagai seorang manusia yang rasionalis bukan aku sebagai seorang yang mempunyai agama. Aku sebagai seorang rasionalis mencoba memberikan pendekatan dari pertanyaan tersebut, tapi ingat itu bukanlah sebuah jawaban. Hukum alamlah yang mengubah dan menggerakkan kehidupan ini, lalu siapakah hukum alam itu, seperti apa bentuknya???
Hukum alam adalah sebuah sekumpulan sistem kehidupan dimana masing-masing elemen penyusun kehidupan tersebut mempunyai peran dan andil yang cukup besar dalam terjadinya perubahan tersebut. Seperti contoh, manusia adalah sub system dari sekumpulan system kehidupan tersebut, dan setiap manusia memiliki peran dalam perubahan yang terjadi dalam kehidupan ini. Tapi jika aku sebagai seorang yang beragama, aku percaya bahwa manusia adalah khalifah bagi kehidupannya dan kehidupan didunia ini.
Manusia sebagai kahlifah bagi kehidupannya dapat diibaratkan dalam sebuah pepatah, “setiap orang adalah arsitek dari keberhasilannya sendiri”, diri kita sendirilah yang akan membawa kita kepada keberhasilan dan kegagalan dalam hidup ini, diri kita pulallah yang akan menentukan apakah kita akan bahagia atau sengsara. Jadi kita adalah pemegang tanggungjawab penuh akan keselamatan diri kita. Bila kita baik, maka baiklah akibatnya, namun jika kita buruk, maka buruk pula akibatnya (Abdul Barr, 2004). Sedangkan manusia sebagai khalifah didunia ini seperti yang telah dijelaskan dalam alquran (gat au ayat berapa, surat apa. Cari aja sendiri). Yang pasti kita dan setiap makhuk yang ada didunia ini mempunyai peranan masing-masing, yang saling berhubungan dan berkaitan dalam perjalanan waktu yang akan mengubah dunia ini kelak hingga hari kiamat.
Lalu bagaimana kita harus menyikapi kejamnya penderitaan kehidupan didunia ini, berdiam diri, lari dari setiap masalah, atau akhiri saja hidup kita ini? Namun ingatlah “hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan manusia untuk menghargai kebaikan dan keindahan hidup. Arungilah lautan kehidupan ini walau terkadang topan dan badai menerpa. Cobalah untuk berlatih berdiri ditengah badai. Terpaan penderitaan dalam hidup ini akan menempa kita untuk menjadi manusia yang sabar dan tabah. Maka dengan kesebaran dan ketabahan dalam menghadapi hidup ini akan membuat kehidupan ini menjadi lebih indah (Abdul Barr, 2004). Diam tidak berarti buruk, tapi alangkah lebih baik jika kita coba mengatasi masalah tersebut dari pada berdiam diri, mengurung dalam kesunyian jiwa yang gundah. Masalah akan terus menghujani jiwa ini bila tak segera kita selesaikan, karena ia akan selalu menghantui jiwa dan pikiran kita yang goyah dalam terpaan badai kehidupan.
Ini hanyalah sepenggal makna yang dapat kutangkap dan kupahami dalam proses dialog bersama sebuah kalimat “walaupun hanya sedetik”. Dan yang perlu digarsibawahi bahwa berbicara, menulis memanglah mudah, namun sangat sulit untuk diterapkan secara nyata apabila kita tak pernah mencobanya. Smoga mampu memberikan sebuah pertimbangan selayaknya petunjuk arah, guna meniti beratnya langkah menuju pencarian makna kehidupan.
by herbowo sampurno
Selengkapnya...